Saturday 17 July 2010

chloe.chapterthree.continual3:)

hei .
it's another chloe's chapter :))
read it read it !

__________________________________________________________________

Chloe berjalan balik ke UKS. Dia hanya berharap Luke masih ada di sana. Sehingga dia tidak perlu susah payah mencari murid bengalnya itu. Untung saja, Luke masih berada di dalam sana. Masih tidur – tiduran seperti yang dilakukannya tadi.

“Luke, Luke Sherlton,” panggil Chloe sambil membuka selimut yang sengaja dipakai Luke untuk menutupi wajahnya.

“What’s now?” tanya laki – laki itu sebal karena diganggu ketenangannya.

“From tomorrow until your scores are better, you have to have an extra lesson at my home,” kata Chloe semangat, “from 5 until 8 pm.”

“Ooow, man! I don’t want it,” kata Luke. Dia memang malas mengikuti pelajaran – pelajaran tambahan, “I know you want to spend you time with a man. just pick James, not me.”

Chloe memelototi Luke dengan kesal karena dia tidak menanggapi keseriusan gadis itu.

“Luke! Please, I do this for you,” kata Chloe kesal, “I don’t want you to fail your grade. This should be your last year here.”

“You’re the one who said you wouldn’t care,” jawab Luke asal.

Chloe sampai capek hatinya menghadapi Luke yang bersih keras menolak programnya itu. Tapi dia masih berusaha untuk menekan perasaan kesalnya itu.

“Luke Sherlton,” kata Chloe sambil memandangi mata Luke dengan penuh arti, “Please.”

Luke menjadi tak enak saat dilihat Chloe seperti itu. Dia memang tahu dan sangat menyadari kalau nilainya parah dan kebanyakan guru hanya bisa komplen dan terus memaksakannya beljar. Baru kali ini ada guru yang menawarkan bantuan langsung, bukan melemparkan semua tanggung jawab kepadanya.

“Alright,” kata Luke pelan, “But I won’t guarantee I’ll come everyday.”

Chloe hanya tersenyum manis dan membuat Luke, entah kenapa, merasa agak senang melihat senyuman gurunya itu.

“Yippie,” kata Chloe senang, “I have to go. See you, Luke.”

Chloe pun keluar UKS dan Luke melanjutkan acara baring – baring di atas kasur pasien UKS nya.


_____________________________________________to be continued :)

thanks for reading :)

btw i'm promoting another blog of mine :P
theonlylifeofmine.blogspot.com
open and follow it
thanks!

Friday 16 July 2010

chloe.chapterthree.continual2:)

hey . this is my new post .sorry i haven't post anything for aldervallea . i am not in mood to write any story . i don't know why . maybe i'm in my school euphoria. and i was forbid to touch my sweet puple laptop !
so now i'm posting a very little of my Chloe. and i promise tomorrow i'll post it again :))

enjoy :)


__________________________________________________________


“Excuse me, Sir,” kata Chloe setelah mengetuk pintu. Dilihatnya Mr. George, bapak kepala sekolah, sedang duduk sambil membaca koran.

“Hello, Miss Arilyse,” kata Mr George dia meletakkan koran yang di bacanya, “It’s been a long time since the last time I met you. Please, sit down.”

Chloe tersenyum lalu dia duduk di hadapan Mr. George. Terakhir kali mereka bertemu adalah saat rapat tahun ajaran. Setelah itu, karena Mr. George adalah orang yang sangat sibuk dan sangat suka berpergian, dia jarang berada di lingkungan sekolah. Maka, bila dia ingin membicarakan sesuatu dengannya, harus membuat janji terlebih dahulu.

“Well, Sir. I’ve got something to tell you,” kata Chloe dengan mimik seriusnya.

“Take it easy, miss. Do you want tea or coffee?” tawar Mr. George.

“Umm… I wouldn’t mind tea, Sir,” kata Chloe sopan

Mr George membuatkannya teh, lalu setelah itu dia memberikannya kepada Chloe.

“What do you want to talk about, Miss?” tanya Mr. George.

“Well,” kata Chloe, lalu dia meminum sedikit dari teh yang sudah disediakan oleh bosnya itu. Setelah itu dia mulai menceritakan rencananta untuk menggodok nilai – nilai Luke yang sudah sangat parah itu.

“If it helps, you can do it,” kata Mr George yang merasa rencana Chloe cukup baik dan nampaknya akan membantu mendongkrak nilai Luke.

“But are you sure, Sir? It will look like I make him special,” kata Chloe dengan nada suara yang agak cemas.

“You shouldn’t tell anyone about this so you won’t be suspicious,” lalu untuk membuat Chloe lebih lega, Mr George tersenyum dan mengatakan, “Don’t worry. If something happens. I’ll cover you.”

“Oh, thank you so much, Sir,” kata Chloe senang karena programnya di terima, “I really owe you.”

Chloe dan Mr George sedikit berbincang – bincang, lalu sesudah itu dia keluar dari ruangan kepala sekolah. Dengan langkah semangat dia berjalan kembali ke UKS untuk memaksa Luke untuk ikut dalam program yang telah di setujui untuk dilaksanakan secara diam – diam itu.


___________________________________to be continued :)

it's sooooo littleeee . but i hope it's alright .
i'm posting it tomorrow :)


thanks!

Saturday 10 July 2010

chloe.chapterthree.continual:)

hey. now i've got nothing to do so i type Chloe.
nothing much to be told now. got no topic. so just read the story. thanks :)

________________________________________________________


Luke membaringkan badannya di UKS Van Haggen. Memang sedari tadi pagi bawaannya sudah tidak enak. Biasa, kalau dia habis berdebat dengan ayahnya, pasti kepalanya terasa pusing, badannya terasa ada yang salah.

Pagi tadi Luke dan Dokter Kent, ayahnya, berdebat hebat tentang kuliah yang ingin dipilih oleh Luke. Ayahnya mengharapkan anak semata wayangnya itu meneruskan pekerjaannya sebagai dokter. Tetapi, Luke lebih memilih untuk mengambil ilmu komputer yang mendalami tentang teknologi game, sesuai dengan hobinya saat ini.

Perdebatan ini tidak hanya terjadi sekali atau dua kali, terlampau sering. Sejak Luke kecil, dia selalu ditekan ayahnya untuk menjadi dokter kelak besar nanti. Pada saat dia masih kecil, dia sempat tertarik menjadi dokter, cuma karena suatu tragedi, dia tiba – tiba kehilangan minatnya dengan dunia kedokteran. Namun, ayahnya tetap memaksa anaknya untuk masuk ke dunia kedokteran. Karena itu, terciptalah sifat membangkang Luke yang diterapkannya dengan membenci pelajaran biologi dan merendahkan seluruh nilainya. Semua itu dia lakukan secara ekstrim hanya karena tidak ingin masuk ke jurusan kedokteran.

Tiba – tiba pintu UKS terbuka, Luke segera menyembunyikan kepalanya ke dalam selimut, berpura – pura tidur. Seseorang masuk ke dalam UKS dan berjalan menuju ke kasur pasien.

“Luke?” tanya orang itu membuat Luke tersentak. Itu suara Chloe, guru biologi mikronya.

Luke memutuskan untuk tetap berpura – pura tidur, bahkan dia sampai menyuarakan dengkuran agar gurunya itu yakin kalau dia sudah tidur. Namun, Chloe malah menjadi lebih curiga mendengar dengkurang yang memang terdengar di buat – buat itu.

“Hey, you, I know you’re here,” kata Chloe sambil berusaha membuka selimut Luke, “You’ll be dead if you wrap your whole body like that.”

Chloe berhasil melepaskan selimut itu dari Luke yang hanya memandanginya dengan pandangan bingung.

“It’s good to see you here,” kata Chloe sambil tersenyum ramah.

“How do you know I am here?” tanya Luke.

“Telepathy,” kata Chloe asal, lalu mimik santainya berubah menjadi serius, “oh well, it’s not important. I’ve got to remind you about your score.”

Luke sengaja menguap lebar – lebar. Dia sudah bisa menerka apa yang akan dikatakan oleh Chloe pasti tidak akan jauh berbeda dengan kata – kata wali kelasnya yang sudah – sudah. Paling - paling Chloe akan mengatakan kalau nilainya terancam, ada kemungkinan dia tidak lulus sekolah, inilah, itulah. Sampai – sampai cowok itu sudah hafal ceramah wali kelasnya setiap kali dia di datangi.

“I won’t mind if you still collect your red marks, because it’s none of my problem, it’s all yours,” kata Chloe ceplas ceplos.

Luke agak terbelalak mendengar kata – kata Chloe yang beda dengan bayangannya. Dengan cepat dia menguasai dirinya, “No one ask you to mind me.”

Suara Luke terdengar sangat nyolot, membuat Chloe yang awalnya ingin berbicara baik – baik menjadi naik darah, “So, what I am trying to say, if you failed this grade, don’t blame me,” kata Chloe. Lalu dia cepat – cepat keluar sebelum di suluti lebih lanjut oleh muridnya itu. Dia tidak ingin emosinya meluap karena satu cowok itu.

Luke hanya memandangi cewek yang keluar dari UKS itu. Lalu dengan tidak peduli, dia kembali membenamkan kepalanya di bawah selimut.

Jujur saja, Chloe khawatir dengan nilai Luke yang sebagian besar merah pada pelajaran wajib yang tidak lain adalah Fisika, Matematika, Kimia, dan Biologi. Padahal, salah satu syarat kelulusannya, tidak boleh ada satu pun dari keempat itu yang ada merah, bagi anak yang memilih natural science.

Tetapi Chloe tau, omongan halus, permohonan yang baik – baik, pemberian pengertian dengan cara menasihati, sudah tidak mempan untuk cowok bengal itu. Oleh karena itu,dia memutuskan untuk langsung ngomong pedasnya saja. Sayangnya, Luke tetap tidak peduli. Anak itu tidak ada takutnya.

Sekarang, Chloe menuju ke ruang kepala sekolah. Dia ingin menyampaikan idenya untuk murid nakalnya itu, demi memperbaikki nilainya.



____________________________________to be continued :)


VOTE KOMODO ISLAND FOR THE NEXT SEVEN WONDERS !

:DD


thanks for taking a peek :P

.angel

chloe.chapterthree

this is a new start , a new chapter has begun!
this is Chloe's third chapter. It's still a few typed, but it's better i post it than i have no post at all .

okay . here it is . :)
________________________________________________________________


~.three.~ tEstS

“So, Luke, please answer me properly the question I’ve asked you before,” kata Chloe sambil melempar tutup spidol papan tulis dan tepat mendarat di atas kepala Luke.

“Aawww.. that’s hurt, Miss…” kata Luke sambil mengulet.

“please answer my question,” kata Chloe.

Beberapa anak terkikik mendengtar kalimat Chloe. James hanya tersenyum licik kepada Luke yang memandangnya bingung, mengharap bantuan jawaban dari dirinya yang pintar tapi genit itu.

“Just answer her, if we’re not kissing, we won’t be contaminated,” bisik James dengan wajah serius.

Luke memandangnya bingung. Tapi, wajah James yang serius itu membuatnya yakin kalau memang itulah jawaban dari pertanyaan yang dilontarkan Chloe saat dia terlelap tadi.

“Luke, come on!” desak Luke tak sabar.

“Oh, well.. If we’re not kissing, we won’t be contaminated by the viruse,” kata Luke polos.

Tawa anak – anak meledak setelah Luke menghabiskan kalimatnya. Luke hanya memandang mereka dengan pandangan bingung. Apalagi, Chloe dilihatnya sampai memukul – pukul papan tulis karena geli mendengar jawaban dari pertanyaan yang dilontarkan oleh dirinya.

“That’s what the professor said,” kata Chloe tidak bisa menhan tawanmya, “Okay, I think that’s all for today.. Hmph.. See you all on the test week.. Haha..”

Chloe berjalan tertatih – tatih menuju keluar dari XII-D/na.sc. susah payah dia berusaha menhentikan tawanya. Walau sudah berbagai cara di cobanya, tak ada satupun yang berhasil.

Sementara itu, Luke masih bingung melihat teman – temannya yang juga masih tertawa.

“James, bukannya emang itu yang dia tanya?” tanya Luke polos.

“In fact she didn’t ask you anything, Luke,” kata James sambil tertawa, “kita aja yang iseng. Siapa suruh lo tidur pas pelajarannya dia. She just pretended to ask you question.”

“Damn!” kata Luke kesal. Dia merasa kesal dipermainkan oleh teman – teman dan gurunya itu.

Lalu dia berdiri dari bangkunya, berjalan ke pintu kelasnya untuk ke luar dari kelas yang di penuhi canda tawa itu.

“Where are you going, Luke?” tanya James masih sambil tertawa

“Infimatory,” kata Luke, lalu dia membanting pintu kelasnya kencang-kencang.

“What’s gotten into him?” tanya James bingung melihat Luke yang naik darah itu.



__________________________________________to be continued :)

why is it so few ? because i have no time to type . i've panicked for my new class arrangement this whole day. guess what? i've got 12 A 2 , with some of my besties there.

school gonna start .
don't know if i gotta be happy or sad .
thanks for reading :)

.angel

Thursday 8 July 2010

chloe.chaptertwo.continual3

Guys, I'm posting Chloe again.
I don't know whether you get bored of this story :(
but i really have a block on Aldervallea, my brain was full of things this few days.
So I can't think of good story line :(

So, enjoy what I've post :)))

____________________________________________________________


Luke sendiri tidak tahu apa yang menyambar dirinya. Memang dia tidak yakin kalau Chloe akan baik – baik saja bila diantar pulang oleh James. Tapi, baginya sendiri, ini adalah hal yang luar biasa. Baru kali ini dia menolong guru biologinya.

Chloe terdiam di mobil Luke. Dia masih bertanya – tanya mengapa cowok menyebalkan itu mau mengantarnya pulang.

“Luke, please drive slower,” kata Chloe memecah keheningan.

Luke memandangnya bingung. Baginya, menyetir dengan kecepatan 100 km per jam adalah hal yang biasa. Tapi, bagi Chloe kecepatan itu terlalu cepat baginya.

Luke tidak menurunkan kecepatannya dan dia berhasil membuat Chloe memekik karena ngeri.

“Luke Sherlton!” pekik Chloe saat Luke mengerem mendadak di perempatan lampu merah.

“Luke! You are crazy,” maki Chloe yang merasa jantungnya nyaris lepas.

“Apaan sih,” jawab Luke cuek, “Biasa aja kali. Lebai aja, deh.”

Chloe rada bingung dengan kata – kata Luke. Maklum dia tidak mengerti bahasa – bahasa anak remaja Indonesia sekarang. Tapi dia tahu kalau Luke tidak merasa bersalah padanya.

“Apanya yang apaan!?” omel Chloe lagi, “You drive over the normal range and you said that it’s still normal?”

“Kalau kamu banyak omong, turun aja,” ancam Luke, tapi dia tidak serius.

“Alright,” kata Chloe merasa terusir. Dia turun dari mobil dan membuka pintu belakang mobil untuk mengambil barang – barangnya.

“Hey, Chloe!” ucap Luke yang terkejut karena Chloe menganggap serius perkataannya. Saking spontannya dia sampai tidak sadar kalau telah memanggil Chloe dengan nama depannya.

Chloe tetap serius mengeluarkan barang belanjaannya dari mobil Luke. Cowok itu ikut turun dari mobil untuk menghentikan gurunya mengeluarkan barang.

“Chloe! I’m not serious. Masuk lagi gih,” kata Luke sambil memasukan kembali barang – barang Chloe ke dalam mobilnya.

Lampu merah telah berubah menjadi hijau dan banyak mobil mengklakson mereka karena mereka tidak kunjung beranjak. Chloe dan Luke merasa tidak enak hati. Setelah semua barang sudah masuk ke dalam mobil, dua orang itu pun masuk ke dalamnya.

“Promise me not to drive that fast again,” kata Chloe kesal.

Luke hanya terdiam. Dia menjalankan mobilnya dengan kecepatan yang normal bagi gadis di sebelahnya, tetapi dianggapnya amat sangat lambat. Dia agak shock melihat tindakan Chloe tadi. Gadis itu adalah orang pertama yang berani menghadapi ancamannya.

***

Chloe segera turun dari mobil Luke setelah dia sampai di depan rumahnya. Cowok itu membantunya menurunkan semua barang bawaan gadis itu dan membawakannya sampai ke depan pintu rumah Chloe.

“Thanks, Luke,” kata Chloe dengan nada dingin karena dia masih kesal dengan Luke yang mengebut tadi.

“Yeah. You are welcome, Miss,” kata Luke singkat. Dia berhati – hati agar tidak salah memanggil Chloe.

“It’s alright.”

“You can call me Chloe outside the school,” kata Chloe sambil tersenyum.

Gadis itu kemudian menutup pintu rumahnya sambil senyam senyum, meninggalkan anak laki – laki yang hanya bisa ternganga seperti terkena kejutan listrik.



_______________________________________to be continued :)

Know what, the second chapter has ended !
I'll post it tomorrow .
Well bad news.
School's gonna start next monday, so i've gotta study again. I don't think I can go online every day :(
but I'll still post it.
So don't leave this story world :)
stay tuned!


.angel

Wednesday 7 July 2010

chloe.chaptertwo.continual2+extra

i haven't got any idea for Aldervallea. Something bad happened yesterday, it made me even more than stuck.
i've got no word to say anymore about it.
enjoy the second chapter of aldervallea :)

_____________________________________________________________________


Sudah seminggu Chloe mengajar di Van Haggen. Banyak hal yang terjadi selama satu minggu ini, baik yang menyenangkan maupun yang tidak menyenangkan. Hal tersering dilakukannya adalah bertengkar dengan Luke setiap kali dia harus mengajar di XII-D/na.sc.

Hari ini adalah hari minggu. Chloe berjalan – jalan sendirian di Supermall Karawaci. Tadinya dia berencana untuk membeli krusteek sebagai aktivitasnya di waktu bosan. Tetapi, niat itu diurungkannya karena dia sadar tidak akan ada cukup waktu untuk membuatnya. Jadi Chloe memutuskan untuk balik ke hobi lamanya, yaitu membuat bintang dari kertas kado, seperti yang dilakukannya saat bosan mendengarkan kata – kata dosennya di Oxford dulu.

Chloe sedari tadi bolak – balik maswuk ke toko aksesoris untuk mencari kertas kado – kertas kado bagus yang akan dipakainya. Dia membeli kertas kado tanpa berpikir berapa banyak uang yang akan dikeluarkannya demi berlembar – lembar kertas kado. Menurutnya, harga kertas kado di Indonesia ini sangat amat murah sehingga dia tidak berpikir panjang untuk membeli kertas kado. Satu kertas kado di Oxford sama dengan sepuluh kertas kado di Indonesia. Harganya jauh beda, tetapi kualitas kertasnya beda tipis.

Kalau Chloe berjalan sendirian seperti ini, tidak ada satu orang pun yang akan menyangka kalau gadis muda ini adalah seorang guru. Apalagi, di sekolah pun Chloe tidak terlihat seperti guru kebanyakan. Selain baru berumur 16 tahun, gaya bicara Chloe dan cara berpakaiannya masih seperti remaja pada umumnya.

Karena merasa lelah, Chloe duduk sendirian di foodcourt. Karena barang bawaan yang harus dibawanya pulang cukup banyak, Chloe sampai bingung dia harus bagaimana membawa barangnya pulang.

Mata Chloe berputar – putar memandangi sekelilingnya. Ditemukan beberapa murid Van Haggen yang pernah dilihatnya di sekolah tetapi tidak diajarnya. Dirinya tidak sadar kalau sebetulnya ada dua pasang mata dari belakangnya yang memerhatikannya, satu pasang milik Luke, satu pasang lagi milik James.

“Luke, itu Miss Arilyse, kan?” tanya James memastikan apa yang dilihatnya.

“Iya kali. Peduli apa?” kata Luke sambil meneruskan memakan McDonald’s nya. Dia tahu kalau itu memang Chloe tapi dia tidak niat untuk melihat gadis itu lebih lama.

“Jutek deh,” kata James sok genit, “Hey, Luke. Chloe’s sweet.”

Luke hanya diam. Memang dia mengakui Chloe itu manis dan cantik. Dia pun mengakui kalau Chloe bisa masuk jajaran cewek manis yang pernah dilihatnya. Tetapi sayangnya, Chloe adalah seorang guru dan yang tambah bikin rese lagi adalah guru mata pelajaran yang sangat amat dibencinya. Kalau bukan guru, hanya sekedar teman biasanya, tanpa banyak bicara Luke akan menjadikannya cewek pertama yang dikejarnya. Siapa sih yang ga mau punya pacar seperti Chloe? Cantik, manis, dan pintar walaupun sering sekali menunjukan sifat kekanakan.

Tapi balik lagi. Sayang dia adalah guru biologi. Setiap kali mengingat satu fakta itu, yang terlintas dipikiran Luke adalah bagaimana caranya mengerjai Chloe sampai gadis itu kesal dan marah. Semakin marah respon yang ditunjukkan Chloe, cowok itu pun merasa semakin puas. Luke kan terkenal dengan sebutan penghancur kelas biologi. Siapa yang tidak tahu kalau banyak guru biologi stres karenanya.

James dan Luke menyelesaikan makanan mereka. Lalu James berdiri dan menghampiri Chloe yang asyik meminum Vanilla Milk Shake nya. Luke nya mengikuti sahabatnya itu dari belakang.

“Hello, Miss arilyse,” kata James ramah.

“Hi, James,” kata Chloe sambil tersenyum ramah. Namun senyumnya menghilang saat melihat ada Luke di sana, “Hello, Jerk.”

Luke melotot saat mendengar Chloe memanggilnya Jerk, “Hello, Dwarf!”

Chloe membalas pelototan Luke yang mengatainya kurcaci. Dia tahu dirinya pendek sekali, tapi dia tidak terima kalau disamakan dengan kurcaci. Dia yakin dirinya tidak sependek itu. James hanya tertawa melihat sahabat dan gurunya itu.

“Are you here by yourself, Miss?” tanya James sopan dan dia duduk dihadapan Chloe. Begitu pula yang dilakukan oleh Luke.

“Yeah. And you just both?” kata Chloe berbalik tanya.,

“As you can see,” jawab Luke dingin.

“Not asking you,” kata Chloe sama dinginnya. Lalu dia meminum vanilla shakenya.

“What are you doing here?” tanya James, “What’re those paper for?”

“Biasa, cewek aneh, James,” ejek Luke tetapi tidak dihiraukan oleh Chloe.

“For making paper stars,” jawab Chloe singkat menahan jengkelnya.

“Child’s play,” kata Luke mengomentari semua perkataan Chloe sampai gadis itu menunjukan wajah kesalnya.

“Hmph. Nonsense,” kata Chloe, “What are you both doing here?”

“Gathering and eat,” kata James cepat – cepat sebelum Luke mengeluarkan serangan kata – katanya lagi.

Terlintas dalam pikiran Chloe untuk menebeng salah satu dari mereka pulang ke rumahnya. Kali saja salah satu dari mereka berniat untuk mengantarnya pulang.

“By the way, would you mind helping me something?” tanya Chloe dengan nada memelasnya.

“We’d be happy to help you, Miss,” kata James dibalas dengan pelototan Luke yang tidak bersedia menolong Chloe.

“Would you mind driving me home?” tanya Chloe to the point, “I’ve got a lot things to bring and…”

“I’d be very happy to help you with it, Miss,” potong James menyetujui permintaan Chloe.

“Really? Thanks!” kata Chloe senang.

James hanya tersenyum melihat keceriaan di muka gurunya itu. Luke tiba – tiba merasa khawatir akan keselamatan gadis manis di depannya itu. Bisa – bisa jadi tidak manis lagi setelah sahabatnya mengantarnya pulang, secara James itu terkenal playboynya. Apalagi, Chloe tinggal di dekat rumahnya yang boleh dikatakan cukup jauh dengan rumah James. Kalau diantar James pulang, Chloe hanya merepotkan James saja.

“Wait,” sergah Luke, “I’ll drive you home.”

Baik Chloe maupun James sama – sama terbelalak kaget. Yang satu tidak mengira kalau muridnya yang paling bengal, bersedia mengantarnya pulang. Walaupun begitu, dia merasa lebih aman diantar Luke dari pada diantar James yang dia rasakan memiliki aura aneh.

James tentu saja kaget. Sahabatnya yang sejak dulu selalu menyusahkan guru biologi, kali ini berbaik hati mau mengantarkan gurunya pulang ke rumah. Betul – betul hal yang tidak mungkin dilakukan Luke sebelumnya.

“Serius lo? Apa ga ribet?” tanya James masih bingung dengan kelakuan temannya.

“Rumah gw deket sama rumah dia,” jawab Luke pelan, “Kalau mau pulang, sekarang. Abis ini gw ada urusan soalnya.”

Chloe masih tidak percaya kalau Luke bersedia mengantarnya pulang sampai akhirnya Luke berdiri dan membawakan barangnya.

“Duluan, James. Bye,” kata Luke lalu berjalan pergi.

“Oh, wait, Luke. Goodbye, James,” kata Chloe lalu dia berjalan pergi mengikuti Luke ke parkir mobilnya.



______________________________________to be continued :)

I'm gonna make a poem, expressing what i've been feeling these days . It's just a small poems, not as long as I've made.
so i put it here for an extra :P

A scar will cure, but it’ll left a hurt

A hurt might heal, but it might be not too

A healed hurt might be back into hurt

Can’t deny, but things have been circling on that round

Oh. I really don’t know what to do L


Well, that's a simple poem, right ? :)
thanks for reading :)


.angel

Tuesday 6 July 2010

chloe.chaptertwo.continual

hello, readers :)
it's me again. everyday it's always me. Well, i'm posting Chloe again today because i've got no inspiration for Caesar's :)
by the , i felt a little bit strange yesterday. normally, if i read a sad part of story , i'll badly cry too. but when i read my own writings, about the sad pat, i didn't cry but i smiled. strange right?
And i also thinking to make a sad love story, not a happy ended one. :)))

still, i haven't post the sad part of the story.

___________________________________________________________


Chloe duduk di bangku luar kamarnya sambil memandangi langit malam. Dia menganggap hari pertamanya mengajar di Van Haggen School menyenangkan. Dia berharap agar hal menyenangkan seperti ini terus datang selama dia mengajar.

Ini bukan pertama kalinya Chloe mengajar orang lain. Selama kuliahnya dulu di Oxford, dia pernah mengambil part time menjadi guru taman kanak – kanak saat liburan kuliah dan beberapa kali dia mengajar privat untuk anak – anak sekolah dasar. Karena dia merasa sangat enjoy mengajar anak – anak SD dan TK itu, dia bertekat menjadi guru saja.

Saat Van Haggen School mencari guru di Oxford University, tanpa berpikir panjang Chloe segera mendaftarkan diri sebagai guru SD. Akan tetapi karena pendidikannya yang telanjur tinggi dan karena dia dianggap terlalu jenius untuk mengajar anak SD, gadis itu ditempatkan sebagai guru SMA.

Kini yang ada dalam pikirannya adalah bagaimana caranya menjadi seorang guru yang baik agar berkenan di hati para muridnya. Dia tidak ingin menjadi guru yang dibenci murid – muridnya. Chloe tidak ada bayangan seperti apa dia harus menjadi guru karena selama hidupnya, dia belum merasakan bagaimana bersekolah di sekolah normal.

Sejak gadis itu berumur empat tahun, dia pernah mengikuti tes IQ dan tak di sangka IQnya sangat tinggi. Berhubung takut otak pintarnya sia – sia, Nyonya Johanna memasukkannya ke dalam sekolah akselerasi sejak dia TK. Bagi Chloe, saking jeniusnya dia, umur 12 tahun dia sudah lulus SMA tanpa masalah. Karena itu dia disekolahkan ke Oxford mengambil jurusan ilmu alam untuk sarjana awalnya. Tentu saja dengan program akselerasi. Baginya, masuk kuliah di Oxford adalah saat – saat di mana dia benar – benar belajar. Apalagi karena selama masa kanak – kanaknya Chloe tidak pernah berniat belajar bahasa Inggris, selama tahun pertama di Oxford dia mengalami kesulitan bahasa dalam komunikasi dan pelajaran. Untung saja dia berhasil bertahan dan melanjutkan kuliah masternya untuk mendalami mata kuliah biologi.

Tidak sampai seratus meter dari rumah gadis itu, seorang anak laki – laki sedang asyik memainkan DoTA di depan layar komputernya. Saking serunya, dia sampai tidak mendengar pintu kamarnya diketuk oleh seseorang.

“Luke!” panggil orang yang mengetuk kamar cowok itu.

Luke yang memakai headphonenya tentu saja tidak mendengar panggilan dari Dokter Kent yang sedari tadi mengetuk pintu kamarnya.

Dokter Kent kehilangan kesabaranya setelah sekian lama pintu yang dsiketuk tak kunjung terbuka. Dibukanya pintu kamar anak semata wayangnya itu dan didapatinya anaknya itu sedang mengumpat – umpat dengan kata – kata kasar dalam bahasa ibunya.

Luke tetap tidak sadar kalau ayahnya sudah masuk ke dalam kamarnya sampai Dokter Kent menarik headphonenya dan mematikan monitor komputernya.

“Aw, jahil banget sih, Pa!” kata Luke marah, “bisa – bisa jadi kalah. Padahal tadi sudah nyaris menang tuh! Aaaah!”

“Biar. Dari tadi kamu dipanggilin malah tidak menyahut,” sahut Dokter Kent, “Bagaimana tadi sekolahmu? Apa Ma’am Rose lagi wali kelasmu?”

“Biasa saja,” jawab Luke dan dia mematikan perangkat komputernya, “Bukan Rose. Ada guru baru.”

“Sayang sekali. Padahal dia wali kelas terbaikmu,” kata Dokter Kent kecewa.

Apanya yang terbaik. Selama 3 tahun gw di walikelasi dia, gw jadi bulan – bulanannya terus. Rese, umpat Luke dalam hatinya.

Luke tidak memedulikan ucapan ayahnya lagi. Dia bergegas mengambil kunci motornya dan keluar dari kamarnya, meninggalkan ayahnya sendirian di dalam kamarnya. Dia menuju garasi rumahnya dan mengeluarkan motornya, lalu melaju kearah mini market di dekat rumahnya dengan kecepatan tinggi.

***

“Aaaa! Jangan ambil yang itu!”

Luke membalikkan badannya. Dilihatnya guru biologi sekaligus wali kelasnya berkeringat di depan matanya. Tapi Luke tidak peduli. Dia tetap saja mengambil coklat Van Houten Fresh Milk yang tersisa satu. Sesuai dengan hukum rimba. Siapa cepat, dia dapat.

Luke berjalan dengan cuek melewati Chloe yang hanya bisa memandangti coklat yang digenggam oleh cowok itu dengan pandangan memelas. Chloe berjalan menuju keluar minimarket X dengan lesu. Padahal dia sengaja keluar rumahnya hanya untuk membeli coklat favoritnya. Siapa sangka dia keduluan oleh Luke.

Sudahlah. Maybe this is not the right time for eating the chocolate… kata Chloe dalam hatinya.

Dia membalikan badannya, melihat Luke sedang asyik memakani coklat yang diimpikannya itu. Terlintas dalam pikiiran gadis itu untuk meminta sedikit cokelat dari Luke. Tetapi dia yakin kalau cowok cuek itu tidak akian mau berbagi dengannya. Tapi, apa salahnya mencoba?

“Luke! Luke Sherlton, right?” sapa Chloe saat Luke menyalakan motornya.

Luke hanya memandang Chloe dengan pandangan protes karena Chloe tidak memanggilnya seperti yang diharapkannya.

“Luke, please give me a little chocolate of yours!” pinta Chloe dengan suara yang tadinya mau dibuat memelas tapi justru terdengan memaksa di telinga Luke.

“No,” jawab Luke singkat. Dia sudah menstarter motornya, bersiap – siap untuk melaju.

“Please, almighty Luke,”pinta Chloe kali ini berhasil dengan nada memelas. Tetapi, nampaknya Luke tidak berniat untuk membagi sedikit coklatnya.

“I’ve gotta go,” kata Luke dan dia pun menjalankan motornya.

Chloe merasa kesal sendiri. Pertama dia tidak mendapatkan coklat yang sangat disukainya. Kedua, tingkah Luke yang sama sekali tidak mencerminkan kalau dirinya sedang berhadapan dengan orang yang dikenalnya.

Chloe berjalan sebal kembali ke rumahnya sambil mengumpat – umpat. Tiba – tiba sebuah motor biru besar datang menghampirinya.

Wajah Luke terlihat menyeringai licik saat dia menunjukan wajahnya di balik helm. Chloe hanya bisa manyun melihat murid yang baru hari pertama sudah membuatnya kesal.

“What do you want? Get out of my way,” kata Chloe ketus.

Luke merasa nostalgic melihat Chloe seperti ini. Dia sangat ingat kejadian di Pondok Indah tengah malam dulu. Disangkanya gurunya ini adalah seorang anak kecil yang bisanya hanya mengancam.

“Nothing,” jawab Luke masih dengan seringai liciknya, “Are you alone?”

“As you can see,” kata Chloe jutek. Lalu dia berjalan melewati Luke yang asyik mengunyah Van Houten. Dia sengaja memakan Van Houten di depan gurunya itu.

Pada awalnya, Luke memang hany iseng menghampiri Chloe. Sekedar ingin memamerkan Van Houten yang tidak berhasil didapatkan oleh cewek itu. Akan tetapi, setiap berhasil Chloe mengeluarkan wajah kesalnya, ada sebuah kepuasan khusus di dalam hatinya. Lucu bagi Luke saat melihat wali kelasnya kesal.

Luke mengikuti Chloe sampai gadis itu membuka pintu pagar rumahnya. Dia sama sekali tidak menyangka kalau Chloe tinggal di tempat yang sangat dekat dengan rumahnya.

“Night, Luke. Do not go racing tonight,” kata Chloe. Lalu dia masuk ke dalam rumahnya dan membanting pintu rumahnya karena kesal dengan sifat muridnya yang menyebalkan itu. Dari jendela Chloe melihat Luke menyeringai dengan lebar seakan – akan baru memenangkan sebuah pertandingan.

“1-0!” kata Luke sengaja keras – keras agar guru biologinya itu bisa mendengarnya.



_______________________________________to be continued :))

how is it? how is it? good? or bad?
:)
thanks for reading :))
new post tomorrow or tonight :P

.angel