Saturday 3 July 2010

chloe.chapterone

hey all.
I'm going to post about my finished Indonesian-going-to-be-novel.
I hope you all like it :)

I haven't got a good title for this one.
Can you give me an idea for it?
Thanks!

no prologue , just start the first chapter!


_____________________________________________________________

~.one.~ InTrodUctiOn

Nyonya Johanna berdiri menunngu kepulangan anak perempuannya. Sudah satu jam dia menunggu kedatangan anak perempuannya, tetapi anaknya itu tidak kunjung muncul di depannya. Padahal, menurut papan pengumuman, pesawat yang di tumpangi anak perempuannya itu sudah mendarat sedari tadi.

Di saat dia berdiri sambil memandangi gerbang kedatangan, handphone milik Nyonya Johanna berbunyi. Di layar handphonenya ada nama anak perempuannya itu.

“Halo, Chloe? Kamu di mana?” tanya Nyonya Johanna dengan suara paniknya yang melengking.

“Mom? Aku di sini. Sudah sepi tapi Mom ga dateng – dateng… Where are you, Mom?” tanya Chloe dengan suara yang sama dengan ibunya.

“Terminal 2F… Kamu di mana, Sayang?”

“Oh, Mom! I’m in 2A!”

Nyonya Johanna menepuk dahinya. Pantas saja dia tidak menemukan anaknya sedari tadi. Jelas saja. Dia salah terminal rupanya.

“Chloe, tunggu di sana. Jangan ke mana – mana!” sahut Nyonya Johanna lalu dia mematikan panggilan. Dia segera berjalan menuju ke parkiran dan meminta supirnya untuk mengantarnya ke terminal 2A.

Chloe hanya bisa menghela nafas panjang. Sejak dia lahir sampai dia pulang ke Indonesia sekarang, ibunya sama sekali tidak berubah. Masih saja seceroboh yang diketahuinya. Sembari menunggu ibunya menjemput, gadis itu menekan – tekan tombol Blackberrynya sampai bosan sendiri. Lalu dia melihat ke sekelilingnya dan pandangan matanya tertuju pada restoran A&W yanng berhasil membuat air liurnya nyaris menetes. Maklum, Chloe membiarkan perutnya kosong selama berada di dalam perjalanan pulang di dalam pesawat. Menurutnya, makanan yang disediakan oleh pesawat tidak masuk kriteria layak untuk dimakan oleh gadis itu.

Chloe berjalan menuju A&W, melupakan sugesti ibunya agar tidak ke mana – mana. Dia memesan sebuah es krim sundae. Pada saat yang bersamaan, Nyonya Johanna sampai di terminal A. Dia mencari – cari anaknya yang sebetulnya tidak terlalu jauh dengannya.

Sekali lagi, handphone Nyonya Johanna berdering.

“Mom!! Bisa ke A&W sekarang? I really need you, Mom!” kata si penelepon yang tidak lain adalah Chloe.

“Ok, ok, Chloe,” kata Nyonya Johanna.

Nyonya Johanna segera menuju ke A&W dan melihat anak perempuannya sedang mencari – cari ibunya. Begitu mata Chloe melihat ibunya, dia segera berlari ke arahnya.

“Mom, I miss you… But first… Bagi sepuluh ribu, Mom,”pinta Chloe mengucapkan semua kata – katanya dengan terburu – buru.

“Hmmm? Sebentar…” kata Nyonya Johanna, dia merogoh tasnya dan mengambil dompetnya. Diberikannya Chloe selembar uang sepuluh ribuan.

“Thanks, Mom… Love you…” kata Chloe. Lalu dia pergi ke kasir dan membayar apa yang dibelinya.

Petugas kasir itu hanya bisa menggelengkan kepalanya melihat Chloe yang tersenyum malu. Dia betul – betul lupa kalau di dompetnya tidak ada uang rupiah selembar pun. Yang ada hanyalah berlembar – lembar uang dengan mata uang poundsterling. Dia tidak ingat kalau sekarang dia sudah berada di tanah kelahirannya, Indonesia, bukan lagi berada di tempatnya menimba ilmu, Inggris.

Setelah Chloe melunasi semua pembayarannya, dia dan ibunya pulang ke rumah mereka di daerah Pondok Indah, Jakarta Selatan. Sepanjang perjalanan pulang, Chloe merasa tidak banyak perubahan yang tercipta di Jakarta. Polusi tidak berkurang, malahan bertambah seiring bertambahnya jumlah kendaraan. Macet juga masih ada di mana – mana. Chloe selalu bertanya – tanya kapan pemerintah akan sadar dan mulai menindak lanjuti hal ini dengan serius.

“Home sweet home,” kata Chloe setelah dia menjejakan kaki ke dalam rumahnya yang bergaya minimalis.

“Where’s Dad, Mom?” tanya Chloe. Dia bertanya hanya sekedar untuk basa basi karena dia tahu ayahnya berada di kantor pada hari kerja seperti ini.

“Hari ini dia sedang cuti. Sekarang sedang berada di atas. Di kamar,” kata Nyonya Johanna.

“Wow! That’s unusual, Mom. Dad usually goes to work this time,” kata Chloe dengan nada terkejut. Jarang – jarang ayahnya mau mengambil cuti kantor. Ayah Chloe, Tuan Sam, adalah pemilik PT Arylton, sebuah perusahaan multi usaha yang terkenal di Jakarta. Walau Tuan Sam adalah pemilik perusahaan, beliau masih rajin datang ke kantor untuk mengontrol semua kegiatan karyawannya.

“Tentu, kan anak perempuannya pulang,” kata Nyonya Johanna.

“Hmm… Tapi, Mom… he didn’t take any day off when I departed to England,” kata Chloe dengan logat Indo-Bulenya. Maklum. Sudah empat tahun Chloe dikerangkeng di Inggris. Saking sibuknya dia di sana, dia jarang ikut perkumpulan orang – orang Indonesia di sana. Bahasa Indonesia yang dulu masih fasih diucapnya pun lama kelamaan sudah mulai dilupakan karena kebiasaan menggunakan bahasa Inggris. Alhasil, saat berbicara pada orang tuanya, dia jadi memakai bahasa campuran.

Nyonya Johanna dan Chloe naik ke lantai dua untuk menemui Tuan Sam. Setelah memasukki kamar orang tuanya, gadis itu melihat ayahnya sedang memabaca koran sambil duduk di kasurnya. Tanpa berpikir panjang, Chloe segera memeluk ayahnya.

“Dad! I’m home!” kata Chloe.

“Chloe, lepas. Kalau begini kamu mau bunuh Dad?” protes Tuan Sam yang merasa sesak,

“Sorry, Dad… Senang sih…” kata Chloe sambil melepas ayahnya.

“Bagaimana Oxford?”

“Magnificent! It’s just too wonderful, Dad. Well, though I got much stress there…” kata Chloe.

Tuan Sam hanya tersenyum sambil mengamati anak perempuan semata wayangnya itu. Dari cara berceloteh Chloe, satu hal yang bisa di simpulkannya. Anak perempuannya kini serba berbahasa Inggris. Dia ingat betul kalau dulu Chloe paling anti kalau disuruh berbicara dalam bahasa Inggris. Jangankan begitu. Paling parah, Chloe dulu selalu kabur dari tempat les bahasa Inggrisnya.

“Chloe, rasanya kamu tak banyak berubah, ya. Apa lagi tinggimu itu. Selama empat tahun ini berapa centi tinggimu bertambah?” tanya Tuan Sam menyindir Chloe.

Chloe memasang tampang manyun yang jelek, “Dad! Please! Apa maksud Dad bertanya hal semacam itu?”

Ayah dan ibunya sama – sama tertawa. Chloe masih manyun. Dia selalu tersinggung bila ada yang menyinggung tentang tinggi badannya. Gadis itu teringat akan hal yang harus diberitahukan kepada orang tuanya sesampainya di sini. Hal ini penting baginya karena menyangkut masa depan gadis itu.

“Mom, Dad, I’ve got a thing to tell…”

“Nanti saja, Chloe… atau besok. Kau pasti lelah hari ini. Seharian berada di pesawat. Coba istirahatlah dulu,”kata Tuan Sam bijak. Nyonya Johanna menyetujuinya dengan sebuah anggukan.

“Well, okay… I’ll see Dad and Mom later,” kata Chloe.

Gadis itu keluar dari kamar orang tuanya menuju kamarnya sendiri. Dia mematikan lampu kamarnya dan membaringkan badannya. Lalu dilihatnya langit – langit kamarnya yanjg sengaja diwarnai biru tua dengan glitter perak seperti bintang – bintang yang berkilauan. Gadis itu seakan – akan melihat langit malam yang bersih dan cerah, sebuah pemandangan langka di Jakarta.

Chloe menghela nafas. Padahal, tadi adalah waktu yang tepat untuknya memberi tahu keputusan yang telah diambilnya di Oxford sebelum dia kembali ke Indonesia. Jarang – jarang ayah dan ibunya berkumpul lengkap. Secara keduanya adalah orang yang sama – sama sibuk. Bila menunggu besok hari, bisa – bisa kesempatan ini hilang. Tapi dia juga tahu, kalaupun Chloe kembali ke kamar orang tuanya sekarang, pasti dia akan disuruh istirahat seperti tadi.

Dari pada membuang energi, akhirnya Chloe memutuskan untuk tidur.



___________________________________to be continued :)

chapter one hasn't finished yet.
I'll post it next tomorrow.
Well. Aldervallea gonna be published soon too.
Stay tuned!

.angel

No comments:

Post a Comment