Monday 5 July 2010

chloe.chapterone.continual2 :)

hey guys.
before i post Chloe's story, i'd like to tell you something ...
LET'S VOTE KOMODO FOR OUR NEW SEVEN WONDERS!
it will be great if our country can enter the seven wonders. :)
so vote it. i've voted and i hope you all will :)
just open www.new7wonders.com and vote :)

okay, less talk write more.

_________________________________________________________________


“Apa?! Jadi guru?” kata Nyonya Johanna kaget mendengar kata – kata anak perempuannya.

“Yes, Mom…” jawab Chloe mantap.

“Kamu yakin? Ngajarnya di Van Haggen?” tanya Nyonya Johanna.

“Yes, Mom. I’ve made up my mind. Jadi guru kan enak,” kata Chloe cengengesan membuat ibunya tidak yakin dengan keputusan yang diambilnya.

“Chloe! Ini serius! Bukan masalah enak atau tak enak. Kamu yakin? Kamu bisa mendapatkan pekerjaan yang lebih baik dibandingkan dengan menjadi guru!” kata Nyonya Johanna rada kecewa. Padahal dengan berat hati dia melepas Chloe ke Oxford agar dikemudian hari dia bisa menjadi orang hebat, eh sekarang malah hanya menjadi guru. Kalau tahu begini sih seharusnya dia tidak usah belajar jauh – jauh ke sana. Ambil saja kuliah kejuruan di IKIP sana.

“100%, Mom. Aku akan mengajar di Van Haggen International School. So, my salary is high than a normal teacher,” kata Chloe berusaha meyakinkan ibunya.

“Chloe, Van Haggen sangat jauh dari sini. Kalau kau ke sana, tentu semua gajimu akan habis untuk biaya transportasi ,” kata Nyonya Johanna.

“Mom, you don’t have to worry,” kata Chloe, “Sekolah menyediakanku sebuah rumah dekat Van Haggen.”

“Chloe, untuk apa kamu menjadi guru? Dengan pendidikanmu sekarang, kamu bisa mendapat pekerjaan yang lebih baik dari itu…” kata Nyonya Johanna.

Chloe berpikir sebentar, “Because… Mengajar itu menyenangkan. By the way, how’s bout you, Dad?”

“Terserah kamu saja. Kalau kamu suka mengajar, silahkan saja jadi guru. Sebagai orang tua kita kan hanya bisa menyemangatinya,” kata Tuan Sam bijaksana.

Nyonya Johanna hanya terdiam mendengar kata – kata suaminya. Memang betul apa yang dikatakan suaminya dan dia sama sekali tidak ada perlawanan terhadap kata – kata itu. Tetapi entah mengapa, Nyonya Johanna masih tidak bisa terima kalau anaknya akan menjadi guru.

“Thanks, Dad,” kata Chloe dan dia pun memeluk ayahnya.

Tuan Sam hanya tersenyum padanya. Apapun yang akan dilakukan anaknya, dia hanya akan mendukungnya seratus persen selama hal itu masih dinilai baik dimatanya. Dia memutuskan akan berusaha meyakinkan istrinya agar rela Chloe menjadi apa yang diimpikannya.

***

Chloe memandang rumah yang berada di depan matanya sekarang. Rumah itu bisa dibilang tidak ada seperempat rumahnya di Pondok Indah. Bahkan, rumah itu jauh lebih kecil dibandingkan rumah – rumah sekelilingnya. Tapi, inilah rumah yang dipilih oleh Chloe dari sekian banyak rumah yang ditawarkan Van Haggen School untuk ditempatinya.

“Kurang lebih satu kilo menuju sekolah,” kata Ibu Mary, bagian humas sekolah Van Haggen, “Kamu akan membutuhkan kendaraan untuk ke sana.”

“Hmmm… I think bicycle is enough, Ma’am,” kata Chloe, “Beside, I walked a lot to campus before. By the way, Ma’am, it’s better for me to speak English with you than I’ve got to speak Indonesian. Would you mind it?”

Ibu Mary tersenyum melihat anak cewek itu, “No, that’s good. Really. Van Haggen staf should speak English though. I’ll ask someone to buy you a bike. If you need something, talk to me, alright?”

“Okay, Ma’am,” kata Chloe.

Chloe memasuki rumah yang akan dia tempati. Dia senang melihat seluruh perabot rumah barunya ini. Semua perabotnya mengingatkan akan tempat kosnya selama berada di Oxford. Chloe masuk ke dalam kamarnya. Segala pernak pernik yang akan dibutuhkannya dan kasur sudah tersedia di sana. Tidak hanya kamar, tapi sampai halaman belakang pun semua sudah diisi perabot. Jadi gadis itu tidak perlu membeli barang – barang lagi. Paling, saat resmi pindah nanti, Chloe akan menambah lemari kecil untuk koleksi tas dan sepatunya.

“Thank you so much, Ma’am. This is more than best,” kata Chloe kepada Ibu Mary.

“You are very welcome, dear. I’ve gotta go. Remember, september 1st , the new academic year will start. We have a meeting at August 29th. I’ll see you there,” kata Ibu Mary.

Ibu Mary pamit dan Chloe mengantarnya sampai ke depan rumahnya. Lalu dia menghubungi orangtuanya dan memberitahu alamat rumah barunya sehingga mereka bisa berkunjung ke sana. Setelah itu, Chloe membaca map yang diberikan oleh Ibu Mary mengenai materi apa yang akan dibawakannya pada tahun ajaran depan nanti.




_____________________________________to be continued :)))

well .how is it ?
it's the end of chapter one ..
it's not that long. i'll post the next chapter tomorrow.

okay
comments please :)
thanks

ps: don't forget to vote komodo!
:P


.angel

No comments:

Post a Comment