Wednesday 7 July 2010

chloe.chaptertwo.continual2+extra

i haven't got any idea for Aldervallea. Something bad happened yesterday, it made me even more than stuck.
i've got no word to say anymore about it.
enjoy the second chapter of aldervallea :)

_____________________________________________________________________


Sudah seminggu Chloe mengajar di Van Haggen. Banyak hal yang terjadi selama satu minggu ini, baik yang menyenangkan maupun yang tidak menyenangkan. Hal tersering dilakukannya adalah bertengkar dengan Luke setiap kali dia harus mengajar di XII-D/na.sc.

Hari ini adalah hari minggu. Chloe berjalan – jalan sendirian di Supermall Karawaci. Tadinya dia berencana untuk membeli krusteek sebagai aktivitasnya di waktu bosan. Tetapi, niat itu diurungkannya karena dia sadar tidak akan ada cukup waktu untuk membuatnya. Jadi Chloe memutuskan untuk balik ke hobi lamanya, yaitu membuat bintang dari kertas kado, seperti yang dilakukannya saat bosan mendengarkan kata – kata dosennya di Oxford dulu.

Chloe sedari tadi bolak – balik maswuk ke toko aksesoris untuk mencari kertas kado – kertas kado bagus yang akan dipakainya. Dia membeli kertas kado tanpa berpikir berapa banyak uang yang akan dikeluarkannya demi berlembar – lembar kertas kado. Menurutnya, harga kertas kado di Indonesia ini sangat amat murah sehingga dia tidak berpikir panjang untuk membeli kertas kado. Satu kertas kado di Oxford sama dengan sepuluh kertas kado di Indonesia. Harganya jauh beda, tetapi kualitas kertasnya beda tipis.

Kalau Chloe berjalan sendirian seperti ini, tidak ada satu orang pun yang akan menyangka kalau gadis muda ini adalah seorang guru. Apalagi, di sekolah pun Chloe tidak terlihat seperti guru kebanyakan. Selain baru berumur 16 tahun, gaya bicara Chloe dan cara berpakaiannya masih seperti remaja pada umumnya.

Karena merasa lelah, Chloe duduk sendirian di foodcourt. Karena barang bawaan yang harus dibawanya pulang cukup banyak, Chloe sampai bingung dia harus bagaimana membawa barangnya pulang.

Mata Chloe berputar – putar memandangi sekelilingnya. Ditemukan beberapa murid Van Haggen yang pernah dilihatnya di sekolah tetapi tidak diajarnya. Dirinya tidak sadar kalau sebetulnya ada dua pasang mata dari belakangnya yang memerhatikannya, satu pasang milik Luke, satu pasang lagi milik James.

“Luke, itu Miss Arilyse, kan?” tanya James memastikan apa yang dilihatnya.

“Iya kali. Peduli apa?” kata Luke sambil meneruskan memakan McDonald’s nya. Dia tahu kalau itu memang Chloe tapi dia tidak niat untuk melihat gadis itu lebih lama.

“Jutek deh,” kata James sok genit, “Hey, Luke. Chloe’s sweet.”

Luke hanya diam. Memang dia mengakui Chloe itu manis dan cantik. Dia pun mengakui kalau Chloe bisa masuk jajaran cewek manis yang pernah dilihatnya. Tetapi sayangnya, Chloe adalah seorang guru dan yang tambah bikin rese lagi adalah guru mata pelajaran yang sangat amat dibencinya. Kalau bukan guru, hanya sekedar teman biasanya, tanpa banyak bicara Luke akan menjadikannya cewek pertama yang dikejarnya. Siapa sih yang ga mau punya pacar seperti Chloe? Cantik, manis, dan pintar walaupun sering sekali menunjukan sifat kekanakan.

Tapi balik lagi. Sayang dia adalah guru biologi. Setiap kali mengingat satu fakta itu, yang terlintas dipikiran Luke adalah bagaimana caranya mengerjai Chloe sampai gadis itu kesal dan marah. Semakin marah respon yang ditunjukkan Chloe, cowok itu pun merasa semakin puas. Luke kan terkenal dengan sebutan penghancur kelas biologi. Siapa yang tidak tahu kalau banyak guru biologi stres karenanya.

James dan Luke menyelesaikan makanan mereka. Lalu James berdiri dan menghampiri Chloe yang asyik meminum Vanilla Milk Shake nya. Luke nya mengikuti sahabatnya itu dari belakang.

“Hello, Miss arilyse,” kata James ramah.

“Hi, James,” kata Chloe sambil tersenyum ramah. Namun senyumnya menghilang saat melihat ada Luke di sana, “Hello, Jerk.”

Luke melotot saat mendengar Chloe memanggilnya Jerk, “Hello, Dwarf!”

Chloe membalas pelototan Luke yang mengatainya kurcaci. Dia tahu dirinya pendek sekali, tapi dia tidak terima kalau disamakan dengan kurcaci. Dia yakin dirinya tidak sependek itu. James hanya tertawa melihat sahabat dan gurunya itu.

“Are you here by yourself, Miss?” tanya James sopan dan dia duduk dihadapan Chloe. Begitu pula yang dilakukan oleh Luke.

“Yeah. And you just both?” kata Chloe berbalik tanya.,

“As you can see,” jawab Luke dingin.

“Not asking you,” kata Chloe sama dinginnya. Lalu dia meminum vanilla shakenya.

“What are you doing here?” tanya James, “What’re those paper for?”

“Biasa, cewek aneh, James,” ejek Luke tetapi tidak dihiraukan oleh Chloe.

“For making paper stars,” jawab Chloe singkat menahan jengkelnya.

“Child’s play,” kata Luke mengomentari semua perkataan Chloe sampai gadis itu menunjukan wajah kesalnya.

“Hmph. Nonsense,” kata Chloe, “What are you both doing here?”

“Gathering and eat,” kata James cepat – cepat sebelum Luke mengeluarkan serangan kata – katanya lagi.

Terlintas dalam pikiran Chloe untuk menebeng salah satu dari mereka pulang ke rumahnya. Kali saja salah satu dari mereka berniat untuk mengantarnya pulang.

“By the way, would you mind helping me something?” tanya Chloe dengan nada memelasnya.

“We’d be happy to help you, Miss,” kata James dibalas dengan pelototan Luke yang tidak bersedia menolong Chloe.

“Would you mind driving me home?” tanya Chloe to the point, “I’ve got a lot things to bring and…”

“I’d be very happy to help you with it, Miss,” potong James menyetujui permintaan Chloe.

“Really? Thanks!” kata Chloe senang.

James hanya tersenyum melihat keceriaan di muka gurunya itu. Luke tiba – tiba merasa khawatir akan keselamatan gadis manis di depannya itu. Bisa – bisa jadi tidak manis lagi setelah sahabatnya mengantarnya pulang, secara James itu terkenal playboynya. Apalagi, Chloe tinggal di dekat rumahnya yang boleh dikatakan cukup jauh dengan rumah James. Kalau diantar James pulang, Chloe hanya merepotkan James saja.

“Wait,” sergah Luke, “I’ll drive you home.”

Baik Chloe maupun James sama – sama terbelalak kaget. Yang satu tidak mengira kalau muridnya yang paling bengal, bersedia mengantarnya pulang. Walaupun begitu, dia merasa lebih aman diantar Luke dari pada diantar James yang dia rasakan memiliki aura aneh.

James tentu saja kaget. Sahabatnya yang sejak dulu selalu menyusahkan guru biologi, kali ini berbaik hati mau mengantarkan gurunya pulang ke rumah. Betul – betul hal yang tidak mungkin dilakukan Luke sebelumnya.

“Serius lo? Apa ga ribet?” tanya James masih bingung dengan kelakuan temannya.

“Rumah gw deket sama rumah dia,” jawab Luke pelan, “Kalau mau pulang, sekarang. Abis ini gw ada urusan soalnya.”

Chloe masih tidak percaya kalau Luke bersedia mengantarnya pulang sampai akhirnya Luke berdiri dan membawakan barangnya.

“Duluan, James. Bye,” kata Luke lalu berjalan pergi.

“Oh, wait, Luke. Goodbye, James,” kata Chloe lalu dia berjalan pergi mengikuti Luke ke parkir mobilnya.



______________________________________to be continued :)

I'm gonna make a poem, expressing what i've been feeling these days . It's just a small poems, not as long as I've made.
so i put it here for an extra :P

A scar will cure, but it’ll left a hurt

A hurt might heal, but it might be not too

A healed hurt might be back into hurt

Can’t deny, but things have been circling on that round

Oh. I really don’t know what to do L


Well, that's a simple poem, right ? :)
thanks for reading :)


.angel

No comments:

Post a Comment