Sunday 4 July 2010

chloe.chapterone.continual :)

hey. my apologize to post this story late. because i was brought to PRJ and do things there till drop. I planned to continue on writing Aldervallea but I arrived home late, so I have no time to type. I've typed Chloe before, so better I post it now.

Here is the next of Chapter one :)
____________________________________________________________________


Chloe terbangun dan dilihatnyaa jam telah menunjukkan pukul 11.30 malam. Dia merasa haus dan keluar kamarnya menuju ke bagian bawah rumahnya. Setelah puas meminum air, Chloe kembali ke rumahnya. Entah kenapa matanya tidak bisa di suruh tidur lagi. Gadis itu membuka jendela kamarnya dan melihat ke bulan yang saat itu sedang penuh.

Di saat dia sedang asyik menikmati pemandangan malam, tiba – tiba serombongan motor melewati depan rumahnnya dengan kecepatan tinggi.

“Really, at the night like this… Masih aja ada yang ngebut. Just making the world worst,” umpat Chloe dengan suara kencang, “Kalau kecelakaan baru tau…”

BRAAAAK!

Terdengan bunyi tabrakan dari depan rumah Chloe, membuat gadis itu segera turun ke bawah dengan senter dan Blackberrynya. Lalu dia pergi keluar rumahnya untuk melihat apa yang terjadi. Dilihatnya ada dua buah motor tabrakan dan telah terjadi baku hantam antara dua orang korban tabrakan itu.

“Apaan sih lo? Nabrak gw bukannya minta maaf. Malah nyolot,” kata seorang laki – laki. Dia menonjok lawannya.

“Lah? Salah lo lah! Pake acara ngerem mendadak,” kata orang yang satunya balas menonjok.

“Abis ada kucing nyberang. Masa gw terobos gitu aja sih? Ga manusiawi amat sih!” sahut orang yang katanya ngerem mendadak, lalu dia menonjok lawannya lagi.

“Ampun! Kucing doang lo peduli…”

“BRISIIIIIIIIIK!!!!”teriak Chloe sambil mengarahkan senter yang di bawanya ke dua orang yang sedang asyik baku hantam itu. Satunya laki – laki berambut panjang, dan yang satunya berambut pendek dan jabrik.

Kedua laki – laki itu segera menghentikan baku hantam mereka dan pandangan mereka tertuju pada Chloe. Lalu mereka melanjutkan baku hantam mereka lagi.

“Cuma anak kecil taunya. Ngapain sih di peduliin…” kata cowok berambut pendek yang nampaknya tadi mengerem mendadak.

Chloe benar – benar kesal karena dirinya dikatakan kecil. Dia juga sebal karena orang yang bertengkar di depan rumahnya itu tidak mendengar mandatnya untuk berhenti berkelahi.

“Please!” omel Chloe, “Kalau kalian nggak berhenti sekarang, I’ll call the police.”

Kedua laki – laki itu tetap melakukan baku hantam mereka. Mereka hanya menganggap Chloe seperti anak kecil yang sedang mengancam mereka. Pada awalnya, Chloe hanya berniat mengancam. Kali saja mereka akan pergi setelah mendengar ancaman Chloe itu. Tetapi, karena tak kunjung pergi akhirnya Chloe menekan – nekan tombol Blackberrynya.

“Halo? Malam, Pak, ada yang berantem di sini, tolong segera ke mari…”

“Cabut!” kata cowok yang gondrong mengajak teman – temannya pergi. Para pengendara sepeda motor tengah malam itu pun mengendarai motornya full speed karena tak ingin bertemu dengan polisi.

Chloe merasa lega. Tetapi tidak sepenuhnya lega karena cowok yang berambut pendek dan jabrik itu masih berdiri di depannya. Dia tersenyum melihat orang – orang bertengkar dengannya sudah pergi. Kalau begini kan dia sudah tidak usah jaim – jaim lagi untuk berbicara dengan Chloe. Gsdis itu hanya memandangnya tidak percaya karena dia menyangka kalau laki – laki itu tidak takut dengan polisi. Atau mungkin… laki – laki itu sudah tahu kalau Chloe hanya berpura – pura menelepon polisi tadi?

“Eh, Non… Ada betadine atau obat merah ga? Sama plester atau perban gitu… Butuh nih buat ngonbatin luka,” kata cowok itu sambil memegangi pipinya yang nyeri.

Chloe memandang laki – laki itu. Dia bingung dengan apa yang dikatakannya. Maklum, Chloe jarang memakai benda – benda itu selama dia masih di Indonesia. Dia jarang – jarang terluka.

“Hmph. I don’t know what you’re saying but if you are asking for medical treatment, there’s no need for people like you,” kata Chloe.

Kemudian gadis itu masuk ke dalam rumahnya dan dia mengunci pagar rumahnya meinggalkan laki – laki yang hanya terkagum – kagum mendengar logat British Chloe sambil menahan rasa sakit di pipinya.

***

Luke membaringkan tubuhnya di kasur. Beberapa kali dia berusaha memejamkan matanya, tetapi selalu gagal. Pipi lebamnya berhasil membuatnya kesakitan dan karena itulah dia tidak bisa tidur. Pip itu memang terasa sakit, tetapi Luke tidak tahu kalau pipinya itu bengkak parah dan sampai sedikit berdarah.

Luke baru pulang ke rumahnya yang bisa dibilang sangat jauh dari lokasi tempat kecelakaannya tadi. Rumahnya berada di Lippo Karawaci, Tangerang. Bisa dibilang tidak ada jalan pintas untuk pulang dari Pondok Indah. Apalagi dengan motor karena tidak bisa memakai jalur bebas hambatan.

“Rio brengsek!” umpatnya saat dia menyadari kenyataan yang ditunjukan kaca mengenai pipinya.

Luke mencari – cari kotak PPPKnya yang sengaja dia sediakan untuk mengantisipasi kejadian – kejadian seperti ini. Hatinya terasa kesal dan menyesal karena menerima tantangan Rio untuk adu kecepatan malam tadi. Sudah jauh – jauh Luke datang dari Lippo, hasilnya malah mengecewakan. Dia malah mendapat luka dan akhirnya Rio kabur karena si anak cewek yang tidak mau menolongnya itu memanggil polisi. Payah. Mengecewakan.

Beberapa menit Luke mencari – cari kotak PPPKnya, tetapi tidak ada yang ditemukannya.

“Bangke!” umpatnya lagi.

Luke sadar pastilah ini kerjaan ayahnya saat dia sedang tidak berada di rumah. Siapa lagi sih yang hobi menyembunyikan kotak PPPKnya selain Dokter Kent, ayahnya? Sejak dulu, ayahnya tidak pernah setuju dengan hobi ngetrack malam – malam Luke itu. Namanya juga anak bandel, walau sang ayah berulang kali melarangnya melakukan hobi yang dianggap merusak itu, Luke tetap cuek saja. Sampai akhirnya Dokter Kent mengambil tindakan dengan menyembunyikan semua kotak PPPK yang dia tahu akan di cari oleh Luke sepulangnya ngetrack. Biar Luke merasakan sendiri akibatnya ngetrack. Lagi pula, persediaan obat – obat luar rumah itu sudah mulai musnah karena Luke.

Luke hanya bisa pasrah. Padahal dia yakin betul kalau dia sudah menyembunyikan kotak itu ditempat yang tidak mungkin diketahui ayahnya. Tetapi, dia sama sekali tidak bisa menemukan di mana kotak itu. Entah benar – benar ayahnya yang mengambil atau dia yang lupa kotak itu di taruh di mana.

Akhirnya, Luke membiarkan pipinya yang bengkak. Berkali – kali dia memejamkan mata sampai akhirnya dia benar – benar tertidur pulas.


______________________________________________to be continued :))

well. that's paused here!
the next is coming soon.
just check it, i promise to post it tomorrow but i don't know if i'll post it day or night.
thanks for reading.
and comment please :)
thanks .


.angel

No comments:

Post a Comment